HaraJawa - Langit di Istora Senayan Jakarta pada 3 Mei 1985 seperti runtuh oleh gaduh.
Teriakan histeris ribuan penonton membahana di antara kilatan blitz kamera,
ketika Ellias Pical menganvaskan juara dunia kelas bantam
versi IBF, Ju Do Chun, petinju asal Korea.
Kemenangan tersebut sekaligus mencatatkan sejarah, menjadikan Ellias Pical
sebagai petinju Indonesia pertama yang merebut gelar juara dunia! Di sudut sana
Sang Ibunda, Mama Ana, menangis terharu, menyaksikan putra kesayangannya
dielu-elukan segenap pelatih dan offisial.
Euforia kemenangan tersebut segera menular nun jauh ke Saparua, Maluku
Tengah tempat dulu dia biasa menyelam mencari mutiara. Tempat petinju kidal itu
dilahirkan 24 Maret 1960. Elli seperti terlahir sebagai petinju.
Sejak kecil Ellias Pical memang lebih rajin berkelahi daripada sekolah,
sehingga sekolahnya hanya sampai kelas V SD saja. Akhirnya dia memilih untuk
menyalurkan bakat berkelahinya di ring tinju meski tidak mendapat persetujuan
dari ayahnya, Pieter Pical.
Demi masa depan karier bertinjunya kemudian ia memutuskan untuk pindah ke
Ambon. Di sana Ellias Pical muda dilatih Buce van Room dan Oce Tapiori,
lalu Alex Siaranumual dan David Paulus.
Kemudian pada tahun 1976 ia meraih gelar juara III kejuaraan Sarung Tinju
Emas di Jayapura. Gelar juara pertama ia rebut berturut-turut, 1979, 1980,
1981, pada Kejuaraan Nasional di Ujungpandang dan Ambon, juga dua kali Piala
Presiden di Jakarta. Tahun 1981, Elli juga mewakili Indonesia ke SEA Games.
Tahun 1982, Ellias Pical memutuskan untuk meninggalkan tinju amatir.
Bergabung dengan Sasana Garuda Jaya, Jakarta, dia mencoba ring tinju
professional. Elli menang angka atas petinju Korea Selatan, Hee Yun Chun, dan
merebut gelar juara super bantam OPBF. Kemudian, Oktober 1984, Matsuo Watanabe
dari Jepang dibuatnya tersungkur pada ronde keenam, sekaligus ia mempertahankan
gelar.
Tiga bulan setelah ia merebut gelar dari Ju Do Chun, Elly memukul roboh
Wayne Mulholland, penantang dari Australia, pada menit kedua ronde ketiga.
Sempat kehilangan gelar dari Cesar Polanco, penantangnya dari Dominika,
Februari 1986.
Namun Ellias Pical berhasil merebut gelarnya kembali dan beberapa kali
dia mempertahankan gelarnya, sebelum kemudian petinju asal Thailand Khaosai
Galaxy merampas gelarnya.
Sungguh sayang petinju yang membawa nama harum bangsa Indonesia itu harus
menjalani hari tuanya dengan terlunta-lunta. Seluruh harta kekayaan yang dia
kumpulkan dari atas ring tinju tak tersisa.
Untuk menyambung hidupnya dia harus menjadi tenaga satpam di sebuah tempat
hiburan malam. Bahkan sempat pula dia ditangkap polisi karena terlibat dalam
narkoba. Dulu dia begitu dipuja-puja, kini dia terlupakan dan sendiri.
(Sumber Artikel: Sejarah Bangsa Indonesia, Dekade 80 || Sumber Gambar:
Berbagai Sumber)
0 komentar:
Posting Komentar